Selasa, 05 Mei 2009

Sri Mulyani Minta Kritik Utang Tidak Emosional

Minggu, 3 Mei 2009 - 02:19 wib Nurfajri Budi Nugroho - Okezone
NUSA DUA - Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kritik terhadap kebijakan utang pemerintah dilakukan secara substansial dan tidak emosional. Hal itu disampaikan Sri merespons kritik kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengecam kehadiran lembaga-lembaga donor semacam Asian Development Bank (ADB) dalam pemberian utang terhadap Indonesia."Debat mengenai ini harus ditempatkan dalam posisi yang lebih proporsional dan tidak emosional," pinta Sri saat ditanya pers mengenai berbagai kritik dari kalangan LSM, dalam jumpa pers di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Sabtu (2/5/2009) malam.Mengenai perlu atau tidaknya kehadiran ADB, menurut Sri, hal itu tergantung pada kebutuhan masing-masing negara.

Faktanya, menurut Sri, banyak negara berkembang di Asia yang sangat membutuhkan pinjaman untuk bisa membangun serta untuk mengisi kebutuhan anggarannya. "Karena mereka belum memiliki pasar obligasi atau pasar utang di negaranya. Itu sesuatu yang tidak bisa dipungkiri," kata dia.Sri memahami kekhawatiran kalangan LSM yang berkeberatan jika utang yang bisa meninggalkan beban bagi generasi mendatang. Menurut Sri, jika utang dipakai untuk kegiatan yang tidak memberikan dampak bagi aktivitas ekonomi, maka itu tentu saja akan menjadi beban.

Dijelaskan Sri, jika APBN sebuah negara tidak tercukupi oleh penerimaannya sendiri, maka ada dua pilihan yang dapat dilakukan. Pertama, mengurangi seluruh belanja dan melakukan pembangunan sesuai dana yang dimiliki. "Itu biasanya untuk negara yang penerimaannya terbatas, sehingga tidak bisa berbelanja dan tidak bisa berinvestasi, maka dia juga tidak akan semakin maju," jelas dia."Kedua, jika negara yang bersangkutan membutuhkan dana untuk melakukan investasi dalam rangka pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, kesehatan, pendidikan, maka yang perlu diperhatikan adalah utang itu harus benar-benar mencapai tujuan yang diinginkan," jelasnya kembali.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah kalangan, termasuk aktivis LSM, menilai pertemuan Sidang Tahunan Dewan Gubernur Asian Develompent Bank (ADB) tidak akan menjawab krisis-krisis yang terjadi saat ini. ADB sebagai satu lembaga keuangan di tingkat regional justru dianggap sebagai penyebab dari krisis pangan, krisis iklim, krisis energi, dan krisis keuangan. (jri)

Berita Terkait: ADB
Perbankan Harus Jadi Inisiator Pengelolaan Lingkungan Hidup
Presiden SBY Buka Sidang Tahunan ADB
Bank Mandiri Jajaki Kerja Sama dengan ADB & IFC
Komponen Utama Chiang Mai Initiative Disepakati
Pendanaan ADB Percepat Pemulihan Krisis Ekonomi
Penurunan Kemiskinan & Pengangguran Makin Berat
Bunga Kredit Sulit Turun, Bank Selalu Cari Deposan Besar
Turbulensi Ekonomi Timbulkan Capital Flight
Sudah Saatnya Asia Meninggalkan Dolar
Keberadaan Jepang di ADB Digugat
Next

Tidak ada komentar:

Posting Komentar