Selasa, 27 April 2010

Madu dan Racun di Rangkasbitung





















26 April 2010
Madu dan Racun di Rangkasbitung
Bonnie Triyana Sejarawan


INI bukan roman tapi gugatan," demikian tema peringatan 190 tahun kelahiran Eduard Douwes Dekker alias Multatuli. Acara itu berbarengan dengan perayaan 150 tahun penerbitan Max Havelaar atau Persekutuan Lelang Dagang Kopi Hindia Belanda karya Multatuli, yang diselenggarakan di Belanda tahun ini. Dirayakan di tanah kelahirannya, Dekker dan Max Havelaar nyaris dilupakan di negeri yang pernah dibelanya: Indonesia.

Max Havelaar diajukan Universitas van Amsterdam sebagai salah satu warisan dunia. Karya itu pernah dianggap sebagai roman picisan berdasarkan khayalan belaka. Tak sedikit orang yang menganggap Multatuli manusia frustrasi yang menumpahkan kekecewaannya pada sosok Bupati Lebak Raden Adipati Karta Natanagara yang ia benci. Sempat pula muncul pernyataan bahwa Multatuli tak berbeda dengan orang Belanda kulit putih lainnya yang datang ke Indonesia dengan satu tujuan: menjajah.

Dekker alias Multatuli datang ke Rangkasbitung, Lebak, Banten pada pengujung Januari 1856. Posisi sebagai asisten residen ia dapatkan berkat lobi khusus E. de Waal kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Duymaer van Twist. De Waal-kelak menjadi menteri urusan daerah kolonial-adalah kerabat dekat Everdine Huberte Baronesse van Wijnbergen, istri Dekker.

Sebelum ke Rangkasbitung, Lebak, Dekker telah malang-melintang dalam berbagai penugasan sebagai amtenar-di Sumatera Barat, Karawang, Bagelen, Manado, dan Ambon. Penugasan ke Rangkasbitung adalah pengalaman baru bagi Dekker. Lebak, seperti beberapa daerah di Banten lainnya, adalah daerah minus yang menjadi ladang subur bagi tumbuhnya pemberontakan. Paling tidak ada dua pemberontakan besar yang terjadi pada abad ke-19: pemberontakan Haji Wakhia (1850) dan pemberontakan petani Banten (1888).

Beberapa pekan setelah tiba di Rangkasbitung, Dekker tidak menunjukkan tanda-tanda bermusuhan dengan Bupati Lebak Raden Adipati Karta Natanagara. Ia malah pernah menawarkan uang kepada Bupati karena pejabat itu menanggung hidup banyak orang di luar keluarga inti. Hubungan baik yang dijalin oleh Dekker tampak dalam surat yang tak sempat ia kirimkan ke Gubernur Jenderal Van Twist. Kata Dekker, "Bupati adalah orang yang sangat menyenangkan."

Kalaupun Dekker mencium gelagat tak beres dari cara Karta Natanagara memerintah, ia tak langsung menegur. Dekker malah mengajak Bupati bicara dari hati ke hati layaknya sahabat. Patih Lebak yang menyaksikan pertemuan itu mengatakan baru pertama kali melihat pejabat Belanda bicara halus dan ramah. Pada waktu yang bersamaan, Natanagara sedang menyiapkan jamuan besar menyambut kunjungan Bupati Cianjur yang masih kerabatnya. Dekker mengulurkan tangan membantu perhelatan itu.

Tapi hubungan baik itu berubah ketika Dekker mendengar laporan janda C.E.P. Carolus tentang kematian suaminya yang tak wajar. Beredar kabar bahwa C.E.P. Carolus, asisten residen yang digantikan Dekker, tewas diracun oleh menantu Natanagara, Raden Wirakusuma. Sebelum meninggal, Carolus tengah menyusun laporan pelanggaran Bupati Lebak. Dekker menemukan dan membaca laporan itu.

Moechtar dalam bukunya Multatuli: Pengarang Besar, Pembela Rakyat Kecil, Pencari Kebenaran dan Keadilan menyebutkan, setelah mendengar laporan janda Carolus dan menemukan laporan asisten residen nahas itu, Dekker menulis surat pengaduan kepada Residen Banten Brest van Kempen di Serang. Inilah awal dari semua konfrontasi.

Dalam surat tersebut Dekker mengusulkan agar Natanagara diberangkatkan secepatnya ke Serang untuk diadili. Raden Wirakusuma, Demang Distrik Parungkujang sekaligus menantu Bupati Lebak, diusulkan untuk ditahan. Dekker juga meminta pemerintah menahan semua orang, termasuk keluarga Natanagara, jika mereka diketahui menghalangi jalannya penyelidikan. Dekker meminta kasus Carolus diselidiki dan laporan atasnya disusun selengkap-lengkapnya.

Siapakah C.E.P. Carolus yang dalam roman Max Havelaar diwakili oleh karakter Slotering itu? Moechtar dalam buku yang sama mengemukakan bahwa Carolus digambarkan sebagai orang yang unik. Ia dapat berbicara dalam bahasa Sunda dialek Banten laiknya penutur asli. Istrinya pribumi yang tak bisa berbahasa Belanda. Kemampuannya berbahasa lokal membuatnya dekat dengan warga Lebak dan warga pun merasa nyaman melaporkan tindakan Bupati yang merugikan rakyat.

Ada versi lain mengenai kematian Carolus. E. du Perron dalam bukunya De Man van Lebak menulis bahwa sebenarnya Carolus telah lama mengidap sakit lever kronis dan pernah dirawat oleh dr Benzen dari Serang. Beberapa bulan sebelum Dekker datang menggantikannya, sakit Carolus bertambah parah. Benzen lantas menganjurkan agar Carolus dirawat di rumah sakit militer di Serang. Pada hari terakhir sebelum ajal datang menjemput, ia dibawa ke Serang dengan menggunakan kereta kuda yang dipacu kencang. Tubuh lemah Carolus semakin parah karena terguncang-guncang dalam perjalanan. Ia wafat tiga jam setelah tiba di rumah sakit.

Cerita orang diracun bukan pertama kali terjadi di Rangkasbitung. Syahdan tersebutlah Muller de Montigny, Asisten Residen Lebak yang bertugas di Rangkasbitung pada 1906-1908. Montigny dipecat karena dianggap tak bisa menjaga relasi baik dengan rekan sekerjanya. Berdasarkan laporan rahasia Residen Banten Overduyn tanggal 7 November 1907 Nomor 234/g kepada Direktur Departemen van Bineland Bestuur (Departemen Dalam Negeri) yang ditembuskan ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, disebutkan Muller de Montigny melakukan tindakan tak terpuji karena setiap hari memerintahkan bawahannya membawa perempuan untuk ditiduri.

Selain dituduh memelihara gundik dan terlibat dalam skandal seksual, Montigny dituduh terlibat dalam peristiwa peracunan seorang pejabat pribumi. Montigny menyangkal tuduhan itu dan balik menuduh ada konspirasi yang dirancang oleh Bupati Serang untuk meracun dirinya. Belakangan hari terbukti bahwa racun yang disebut-sebut oleh Montigny hanyalah obat penyubur jenggot.

Seperti Montigny, Residen Banten Brest van Kempen terlibat skandal perempuan. Berdasarkan cerita dari S. Hasselman-mantan Asisten Residen Pandeglang sebelum Dekker bertugas di Lebak-diketahui bahwa Bupati Lebak selalu mencarikan perempuan cantik untuk Kempen. Agaknya itulah yang membuatnya tak tertarik pada laporan Dekker tentang pelanggaran sang Bupati. Kempen punya kepentingan menjaga kasus itu agar tak melebar karena Bupati memegang kartu truf dirinya.

Dekker akhirnya dimutasi ke Ngawi, Jawa Timur, dengan pangkat lebih rendah. Ia menolak pemindahan itu dan mengajukan berhenti pada 29 Maret 1856 atau dua pekan setelah ia merayakan ulang tahunnya ke-36. Permohonan pensiun dini baru dikabulkan pada 4 April 1856. Setahun kemudian, Dekker kembali ke Eropa mencari pekerjaan yang tak pernah ia temukan. Dekker kemudian menyewa sebuah kamar hotel di Brussel, Belgia, tempat ia menulis roman Max Havelaar selama tiga minggu saja (17 September-3 November 1859).

Semua kejengkelannya di Lebak ia tumpahkan dalam roman tersebut. Besar kemungkinan kabar mengenai penderitaan rakyat Lebak secara lengkap ia ketahui dari laporan Carolus. Sementara itu, konfrontasi yang terjadi antara dirinya dan Bupati menurut hemat saya pertama-tama bukan karena cara Bupati mengeksploitasi rakyat Lebak, melainkan lebih karena perasaan esprit de corps yang muncul saat mendengar kabar peracunan terhadap Carolus. Dari laporan yang disusun Carolus pula Dekker bisa tahu lebih lengkap tentang kekurangcakapan Bupati Lebak menjalankan pemerintahan sehingga rakyatnya sengsara.

Ketika menulis Max Havelaar, Dekker sudah lebih berjarak dengan peristiwa Lebak, yang terjadi tiga tahun sebelumnya. Tampaknya jarak itulah yang membuat ia lebih mampu melihat peristiwa Lebak sebagai bagian kecil dari dampak kolonialisme yang lebih luas lagi. Dalam Max Havelaar ia pun tak hanya menggugat Bupati Karta Natanagara, tapi lebih jauh lagi ia menggugat kolonialisme yang dijalankan oleh bangsa terhadap rakyat di Hindia Belanda.

Penting juga digarisbawahi peran C.E.P. Carolus dalam mengungkap pelanggaran yang dilakukan Bupati Karta Natanagara. Carolus adalah orang yang pertama kali menyelidiki pelanggaran itu untuk kemudian dilanjutkan Dekker ketika Carolus meninggal. Max Havelaar yang ditulis Dekker bak bola salju yang menggelinding-membawa perubahan di Hindia Belanda dan memberi inspirasi banyak tokoh nasionalis dalam perjuangan membangun nation-state Indonesia.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/04/26/KL/mbm.20100426.KL133346.id.html#

*Notisi: Ibrahim Isa*
Buku Mutatuli alias Eduard Douwes Dekker, -- “/*Max Havelaar, of de Koffiveilingen der Nederlandsche Handelmaatschappy */“,(Edisi Indonesia: “Max Havelaar atau Persekutuan Lelang Dagang Kopi Hindia Belanda” ) adalah novel pertama dalam sejarah literatur Belanda, yang begitu jelas MENGGUGAT FEODALISME (mengungkap sistim tanam-paksa) dan KOLONIALISME di Hindia Belanda.

Bicara tentang *'jembatan- awal'* yang menghubungkan rakyat Indonesia dengan rakyat Belanda, adalah sikap dan pendirian Eduard Douwes Dekkter yang tercatat hitam diatas putih dalam sejarah hubungan kedua bangsa – – , *itulah JEMBATAN-AWAL yang sesungguhnya yang menghubungkan rakyat Belanda dengan rakyat Indonesia.*

Karya Eduard Douwes Dekker tsb, yang ditulisnya di sebuah kamar di Brussel (1859) *dalam jangka waktu sebulan saja* (!!), terbit pertama tahun 1860. Di Belanda novel pendobrak ini dinilai sebagai karya sastra Belanda terbesar. Sebagai mula langkah- pembaruan dalam sejarah sastra Belanda. Khususnya gaya penulisannya yang memelopori suatu pendobrakan terhadap penulisan novel tradisionil.Dunia pendidikan Belanda menjadikan karya Mutatuli itu sebagai bacaan wajib di sekolah-sekolah.

Kamis, 22 April 2010

Sambut Hari Buruh Sedunia 2010 GSBI Kota Tangerang Gelar Aksi di Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan DPRD Kota Tangerang


Jakarta, GSBI/21 April 2010- 100 an buruh yang tergabung dalam GSBI dan SBB melakukan aksi unjukrasa dikantor Disnaker dan DPRD Kota Tangerang dimana aksi ini dilatarbelakangi oleh kerja-kerja Disnaker Kota Tangerang yang sangat tidak kongret dalam menangani masalah-masalah perburuhan di Kota Tangerang maka melalui semangat hari buruh sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2010 ini GSBI yang tergabung dalam FPR Kota Tangerang melakukan aksi untuk mendesak kantor Disnaker dan DPRD Kota Tangerang untuk lebih aktif melakukan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Tangerang demikian Amin Mustolih selaku Koordinator FPR Kota Tangerang menegaskan ditengah-tengah aksi unjukrasa ketika diwawancarai oleh Suara Independen.

Aksi ini sendiri dimulai pukul 09.00 wib dengan mengambil titik kumpul di depan PT Shinta Group dan melakukan konvoi menggunakan kendaraan bermotor menuju kantor Disnaker Kota Tangerang dalam pembukaan orasinya Rusdiyanto Koordinator lapangan aksi menegaskan bahwa aksi ini mengangkat issue tentang upah, kerja dan kebebasan berserikat di wilayah Kota Tangerang dan menuntut kepada Disnaker dan DPRD Kota Tangerang agar lebih serius memperhatikan kondisi perburuhan di wilayah Kota Tangerang.

Dengan antusias perserta aksi mendengarkan orasi dan pandangan politik dari para orator salah seorang orator yang didaulat oleh peserta aksi adalah perwakilan GSBI dari Kabupaten Bogor yang juga hadir dan memberikan dukungan dalam aksi ini, Nana demikian dia dipanggil dengan berapi-api menyampaikan bahwa perlakukan Disnaker Kota Tangerang ternyata sama dengan perlakukan Disnaker Kabupaten Bogor yaitu tidak perduli terhadap laporan serikat buruh, maka untuk itu aksi seperti ini adalah langkah terbaik untuk mendesak Disnaker maupun DPRD Kota Tangerang agar mereka bekerja dengan menindaklanjuti laporan serikat buruh demikian Nana menegaskan dalam orasi politiknya.

Aksi di kantor Disnaker Kota Tangerang ini sendiri berlangsung hingga pukul 13.00 wib dan sepuluh orang perwakilan aksi diterima oleh kepala Disnaker Kota Tangerang dalam perundingan ini Disnaker Kota Tangerang berjanji akan menindaklanjuti laporan aksi ini dimulai tanggal 27 April 2010 hingga selesai, Sari Idayani yang menyampaikan hasil pertemuan dengan kepala Disnaker mengingatkan kepada massa aksi untuk memantau janji Disnaker yang akan menindaklanjuti laporan FPR Kota Tangerang.

Kemudian aksi dilanjutkan di Kantor DPRD Kota Tangerang massa aksi kembali melakukan konvoi menuju kantor DPRD Kota Tangerang namun ketika tiba di depan kantor DPRD Kota Tangerang massa aksi ditahan tidak diperbolehkan memasuki komplek DPRD dan massa aksi menggelar aksi di depan pintu gerbang kantor DPRD Kota Tangerang dan setelah melakukan orasi perwakilan aksi diminta untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan aksi kembali sepuluh orang perwakilan massa aksi masuk dan diterima oleh DPRD Kota Tangerang.

Setelah hampir 3 jam perwakian aksi yang sempat diterima oleh Ibu Ella dari komisi B, bpk Junaidi komisi E, bpk Rahmat komisi A, dan bpk Edi han komisi D DPRD Kota Tangerang, Sari Idayani perwakilan aksi yang diterima oleh DPRD Kota Tangerang menyampaikan pada peserta aksi bahwa DPRD Kota Tangerang juga akan menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh FPR Kota Tangerang. Dalam pandangannya Sari Idayani juga menegaskan bahwa sepertinya DPRD Kota Tangerang juga susah untuk diharapkan dapat melakukan penanganan terhadap laporan peserta aksi dan kembali mengingatkan bahwa sebagai serikat buruh kita harus terus memperhebat perjuangan dan bersandar pada kekuatan serikat buruh itu sendiri demikian Sari Idayani menutup pembicaraannya.

Meskipun dalam situasi yang teramat sangat panas suhu pada siang hari itu tetapi peserta aksi tetap semangat meneriakkan yel-yel dan tuntutan mereka dan setelah Koordinator FPR kota Tangerang Amin Mustolih menyampaikan sambutan penutup aksi maka aksi pun ditutup dan membubarkan diri pukul 15.30 wib. (SI/ISM)

Senin, 05 April 2010

Buruh PT Shinta Group Deklarasikan Serikat Buruh Dengan Gegap Gempita

Jakarta/Maret 2010/-PT. Shinta Group adalah sebuah perusahaan yang berkedudukan di Jl. Imam Bonjol No.133 Karawaci Kota Tangerang Propinsi Banten yang memiliki orientasi produksi tekstil dimana perusahaan ini dipimpin oleh Stacy Poba selaku direktur.

Senin 29 Maret 2010 bertempat dilingkungan perusahaan Shinta Group dengan sangat antusias para buruh PT Shinta Group mendeklarasikan pembentukan serikat buruh independen yang kemudian disebut Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu yang kemudian disingkat SBGTS Shinta Group. Acara deklarasi serikat buruh ini sendiri dihadiri oleh 200 orang lebih buruh dari PT Shinta Group yang berasal dari 18 (delapan belas) perwakilan departemen dan juga berbagai undangan seperti Pimpinan Pusat GSBI, Pimpinan Tingkat Perusahaan SBGTS-GSBI PT Panarub Industri, dan SBGTS-GSBI PT Mulia Knitting Factory.

Dalam sambutannya yang bapak Asmawi, mantan ketua serikat buruh sebelumnya memaparkan tentang alasan mendasar tentang pentingnya membangun serikat buruh yang baru sebagai jawaban atas kurang tepatnya kepemimpinan dan perjuangan serikat buruh yang selama ini ada dilingkungan kerja Shinta Group sehingga kedepan aspirasi dan perjuangan perbaikan kondisi kerja dan syarat kerja yang baik akan terwujud dilingkungan perusahaan PT Shinta Group.

Disaat yang sama bapak Rusdianto yang juga sebagai pimpinan serikat buruh sebelumnya juga menegaskan bahwa masalah yang menimpa kaum buruh di Indonesia adalah disebabkan oleh dominasi imperialisme, dimana bung Rusdi demikian beliau disapa lebih akrab menyarankan kepada seluruh buruh PT Shinta Group agar kritis terhadap segala bentuk dominasi imperialis, karena merekalah yang selama ini melakukan penindasan diberbagai belahan dunia demikian bung Rusdi menegaskan.

Dalam kesempatan yang sama DPP GSBI juga didaulat untuk menyampaikan sambutannya, dimana Ernawati Kepala Departemen Organisasi GSBI, dalam sambutannya memaparkan tentang visi maupun misi GSBI dan juga mengulas secara singkat tentang sejarah berdirinya GSBI. Selain paparan tersebut Erna demikian disapa juga menyampaikan pandangan GSBI tentang situasi masyarakat Indonesia dan klas buruh Indonesia secara umum. Dalam sambutannya Erna menambahkan bahwa tujuan dari dibangunnya GSBI adalah sebagai wadah atau alat perjuangan klas buruh di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan buruh beserta keluarganya dan adapun fungsinya adalah membela, melindungi dan memperjuangkan hak-hak sosial ekonomi dan hak politik klas buruh Indonesia.

Setelah berbagai acara dan kegiatan deklarasi dilakukan kemudian dilanjutkan dengan acara rapat anggota dimana dalam rapat anggota ini diputuskan secara bulat bahwa SBGTS PT Shinta Group menyatakan bergabung dengan Gabungan Serikat Buruh Independen sebagai salah satu keputusan rapat anggota. Dalam rapat anggota ini terpilih sebagai pimpinan SBGTS PT Shinta Group periode 2010-2013 adalah Asmawi (ketua umum), Yakub/M. Slamet (wakil ketua), Rusdiyanto (Sekretaris), Karyadi (Wakil Sekreteris), Setiadi (bendahara), Maeyadi (Wakil Bendahara), Padmono (Kepala Dept. diklat propaganda), Herbertus Diyono (Olahraga dan seni), Jamaludin (Kep. Dept. Hukum dan Advokasi), dan Hermawan Setiabudi (Kep. Dept. organisasi). (SI/ISM/ERN/CHE).

Meski Kunjungan Presiden Obama Gagal GSBI Tetap Lanjutkan Aksi Menolak Kedatangan Obama.

Jakarta/Sabtu, 20 Maret 2010/-Sebagai mana diketahui bahwa rencana kedatangan presiden Obama mendapat reaksi dari berbagai elemen masyarakat Indonesia, reaksi tersebut ada yang pro dan ada yang kontra. Yang pro tentu selalu mengkampanyekan keuntungan-keuntungan yang di dapat atas kedatangan Obama meskipun tidak jarang elemen masyarkat yang pro juga mengakui bahwa sepak terjang Amerika dimana Obama saat ini sebagai presiden juga belum menunjukkan perbedaannya dengan presiden-presiden sebelumnya yaitu selalu menebar terror dimana-mana.

Disisi lain yang tidak kalah semangatnya elemen masyarakat yang kontra dengan semangat pula menolak kedatangan Obama ke Indonesia, GSBI sebagai salah satu serikat buruh yang juga menilai bahwa Obama sesungguhnya tidak ada bedanya dengan presiden-presiden Amerika sebelumnya jika diibaratkan antara presiden Obama dan Bush adalah seperti Coca cola dengan Pepsi cola, Karena kedatangan Presiden Obama, tidak sekedar hanya berkunjung untuk mengenang masa kecil Obama yang pernah tinggal dan sekolah di Indonesia, namun kunjungan Obama ke Indonesia akan menegaskan sekaligus memastikan jaminan keamanan terhadap modal yang ditanamkan di Indonesia. sementara modal yang di tanamkan di Indonesia hanya akan semakin mempercepat kekayaan sumber daya alam Indonesia semakin habis terkuras akibat keserakahan Industri milik imperialis Amerika. Terbukti perusahaan-perusahaan milik imperialis hanya mengedepankan keuntungan bagi pemilik modal, yang akan ditransper ke negaranya guna mengatasi krisis yang sangat akut dimana Amerika mengalami pembengkakan biaya subsidi yang sangat besar yang harus ditanggung untuk diberikan pada rakyatnya, maka cara satu-satunya mengambil kebijakan ekspansi modal dan melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumberdaya alam dan tenaga buruh di Indonesia.


Menyikapi atas kondisi buruh dan rakyat tertindas lainnya yang selalu dijadikan korban akibat keserakahan imperialis dan juga akibat kebijakan rejim boneka imperialism yang hanya sepenuhnya diperuntukkan bagi kepentingan imperialis, maka GSBI menuntut pada rejim SBY-Budiono untuk segera:


1. Membatalkan seluruh kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan antara Obama dan SBY (Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pertahanan dan Terorisme);

2. Menolak kerjasama yang timpang dengan Negara-negara imperialis dan menuntut pemerintah Indonesia keluar dari perdagangan bebas bilateral maupun regional;

3. Hentikan perampasan Upah, Tanah dan Kerja serta jalankan Reforma Agraria Sejati bagi kaum Tani;

4. Menghentikan PHK dalam bentuk apapun, penuhi Upah Layak dan Hapuskan Sistim kerja Kontrak dan Outsorsing bagi Buruh;

5. Buka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan Jaminan Kebebasan Berekspresi dan Berorganisasi Bagi seluruh Rakyat.


Aksi menolak kedatangan presiden Obama ini berlangsung cukup semangat meskipun rencana kedatangan presiden Obama ditunda. Peserta aksi tetap semangat untuk meneriakan tuntutan dan pandangan atas kerugian yang disebabkan kebijakan rejim boneka imperialis. (SI/ISM/SPJ).



Aksi Hari Perempuan Internasional Terus Berkobar Meski dalam Guyuran Hujan.

Jakarta/Senin 8 Maret 2010 sangat berbeda dengan hari biasanya mengapa demikin sebab hari itu adalah hari bersejarah bagi perjuangan kaum pekerja perempuan diseluruh dunia dimana hari itu adalah hari perempuan sedunia. Sejak pagi hari kesibukan sudah terasa dikantor GSBI kesibukan untuk persiapan menghadapi hari perempuan sedunia.

Sebagai serikat buruh yang memiliki perhatian dan perjuangan yang sangat serius menyangkut masalah-masalah kaum perempuan GSBI juga memfokuskan diri dalam aksi-aksi buruh maupun rakyat lainnya salah satunya adalah GSBI yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) mengelar aksi pada hari perempuan sedunia dengan mengambil titik kumpul di bundaran Hotel Indonesia. Aksi ini sendiri dimulai pada pukul 10.30 wib dan melakukan longmacrh ke depan Istana negara.

Dalam aksi hari perempuan sedunia ini GSBI yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat mengajak seluruh elemen masyarakat baik yang saat ini tergabung dalam wadah organisasi massa maupun yang belum tergabung, untuk berpartisipasi secara aktif mengelorakan dan mengkampanyekan berbagai persoalan yang dialami kaum perempuan. Adapun yang menjadi tuntutan aksi hari perempuan sedunia ini adalah:
  1. Menuntut kebebasan berserikat dan berorganisasi bagi buruh perempuan;
  2. Menuntut kesetaraan upah bagi buruh perempuan dengan buruh laki-laki;
  3. Menuntut biaya pendidikan dan kesehatan yang murah bagi keluarga buruh;
  4. Menuntut biaya kesehatan reproduksi (Posyandu, alat kontrasepsi dan biaya persalinan) yang murah bagi buruh perempuan;
  5. Menuntut jaminan atas pemenuhan hak-hak nomatif bagi buruh perempuan;
  6. Menuntut dibangunnya fasilitas penitipan anak dan tempat menyusui ditempat kerja dan di tempat-tempat umum lainya.
Meskipun aksi ini sendiri dalam guyuran hujan tak menyurutkan para peserta aksi untuk terus meneriakkan yel-yel, maupun tuntutan yang disampaikan oleh para orator dalam berbagai orasi. Aksi ini ditutup setelah berbagai orasi dari para orator dari berbagai organ yang tergabung dalam FPR dan juga pembacaan pernyataan sikap bersama. (SI/ISM/SPJ).

Selasa, 16 Maret 2010

Satu Dasawarsa Serikat Buruh Perkebunan Sukseskan Giling Tahun 2010

Jakarta/Maret 2010/Bertempat di Lapangan Sepak Bola PTP Nusantara VII Unit Usaha Cinta Manis Kabupaten Ogan Ilir Palembang hari itu kesibukan nampak dari para buruh yang bekerja di PTP Nusantara VII Unit Usaha Cinta Manis khususnya buruh Kampanye maupun buruh harian yang tergabung dan menjadi anggota Serikat Buruh Perkebunan atau yang biasa disebut SERBUK yang mensuksekan peringatan sepuluh tahun berdirinya Serbuk.

Acara sepuluh tahun SERBUK juga dihadiri oleh para pejabat dilingkungan Pemda Kabupaten Ogan Ilir Palembang dan pada kesempatan acara ini Bupati Ogan Ilir Palembang yang juga hadir sebagai undangan juga menyampaikan sambutannya. Dengan mengambil tema Peringatan Satu Dasawarsa Berdirinya Serikat Buruh Perkebunan dan Pendeklarasian Bergabungnya Buruh Harian Unit Usaha Cinta Manis dan Sukseskan Giling Tahun 2010.


Hari ini Senin, 8 Maret 2010 Serbuk telah berusia sepuluh tahun dan telah banyak keberhasilan yang diperoleh oleh serikat buruh perkebunan dalam perjalannya selama sepuluh tahun ini, tapi masih banyak juga yang belum berhasil dan masih menjadi perioritas perjuangan SERBUK dan menjadi tugas mendesak bagi SERBUK kedepan hal ini diungkapkan oleh ketua umum Serbuk Bambang Irawan ketika diwawancarai oleh Media Suara Independen disela-sela acara ramah tamah seusai acara.


Pada kesempatan yang sama ketua umum Serbuk Bambang Irawan juga menyampaikan harapannya kepada seluruh buruh yang bekerja di PTP Nusantara VII unit usaha Cinta Manis untuk memperkuat persatuan dalam Serikat Buruh Perkebunan demi tercapainya perjuangan dan suksesnya giling tahun 2010. (SI/ISM/RD)